Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi
Puji
dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. berkat rahmat dan izin-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Indikasi
dan Kontra Indikasi pencabutan gigi permanen”.
Salawat
beriring salam tidak lupa pula kita sanjung sajikan ke pangkuan Nabi besar saw.
yang mana oleh beliau telah membawa kita dari alam jahiliyah ke alam Islamiyah
dan dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan sebagaimana yang
kita rasakan saat ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan, bantuan serta motivasi sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca sekalian. Semoga penulisan makalah ini menjadi sangat
berguna bagi kami dan pembaca sekalian.
Makassar, 14 Maret 2016
Penyusun
Kelompok
1
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.......................................................................
Daftar
Isi..........................................................................................
Bab
I Pendahuluan.................................................................
1. Latar
belakang..............................................................
2. Rumusan
Masalah........................................................
3. Tujuan
Penulisan..........................................................
4. Manfaat
Penulisan........................................................
Bab
II Pembahasan
A. DEFINISI
Pencabutan Gigi Permanen..........................
B. Tujuan
Pencabutan Gigi Permanen...............................
C. Indikasi
dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi Permanen
Bab
III Penutup
A. Kesimpulan...................................................................
B. Saran......................................................................................
Daftar
Pustaka.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang
sehari-hari kita lakukan sebagai dokter gigi. Walaupun demikian tidak jarang
kita temukan komplikasi dari tindakan ekstraksi gigi yang kita lakukan.
Karenanya kita perlu waspada dan diharapkan mampu mengatasi
kemungkinan-kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.
Pencabutan gigi, merupakan suatu tindakan pembedahan yang
melibatkan jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan
tersebut dibatasi oleh bibir dan pipi dan terdapat faktor yang dapat
mempersulit dengan adanya gerakan dari lidah dan rahang bawah.
Terdapat pula hal yang dapat membahayakan tindakan tersebut
yaitu adanya hubungan antara rongga mulut dengan pharynk, larynx dan
oeshophagus. Lebih lanjut daerah mulut selalu dibasahi oleh saliva dimana
terdapat berbagai macam jenis mikroorganisme yang terdapat pada tubuh manusia.
Tindakan pencabutan gigi merupakan tindakan yang dapat
menimbulkan bahaya bagi penderita, dasar pembedahan harus dipahami, walaupun
sebagian besar tindakan pencabutan gigi dapat dilakukan ditempat praktek.
Beberapa kasus perlu penanganan di rumah sakit oleh karena ada pertimbangan
kondisi sistemetik penderita. Tindakan dengan teknik yang cermat dengan
didasari pengetahuan serta ketrampilan merupakan faktor yang utama dalam
melakukan tindakan pencabutan gigi. Jaringan hidup harus ditangani dengan
hati-hati, tindakan yang kasar dalam penanganan akan mengakibatkan kerusakan
atau bahkan kematian jaringan.
Pencabutan gigi dapat dilakukan bilamana keadaan lokal maupun
keadaan umum penderita (physical status) dalam keadaan yang sehat. Kemungkinan
terjadi suatu komplikasi yang serius setelah pencabutan, mungkin saja dapat
terjadi walaupun hanya dilakukan pencabutan pada satu gigi.
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi
atau akar gigi yang utuh tanpa menimbulakan rasa sakit dengan trauma sekecil
mungkin pada jaringan penyangganya sehingga bekas pencabutan akan sembuh secara
normal dan tidak menimbulkan problema prostetik pasca bedah.
Pencabutan gigi pertama kali dilakukan hanya dengan
menggunakan tang. Oleh karena timbulnya berbagai macam masalah dalam prosedur
pencabutan gigi yang menyebabkan gigi tersebut sulit untuk dicabut/dikeluarkan
bila hanya menggunakan tang saja maka kemudian dilakukan pembedahan.
Pencabutan gigi dengan pembedahan harus dilakukan apabila
pencabutan dengan tang tidak mungkin dilakukan, gagal atau apabilagigi impaksi
(terpendam). Baik untuk pencabutan gigi erupsi yang menimbulkan masalah, atau
impaksi molar ketiga, prinsip-prinsip pembedahan biasanya relatif serupa.
Diawali dengan pembuatan flap untuk mencapai jalan masuk ke tulang rahang,
kemudian jalan masuk ke gigi dicapai dengan mengasah tulang secara konservatif.
Akhirnya, jalan masuk yang tidak terhalang diperoleh dengan pengasahan kembali
ketulang atau lebih baik dengan memotong gigi secara terencana. Pada akhir
prosedur ini jaringan lunak dikembalikan ke tempatnya dan distabilkan dengan
jahitan.
Pembedahan tidak boleh dilakukan secara sembarangan oleh
karena dapat menimbulkan efek samping/komplikasi yang tidak diinginkan,
misalkan perdarahan, edema, trismus, dry soket dan masih banyak lagi. Dokter
gigi harus mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang ia lakukan merupakan
suatu tindakan yang ideal, dan dalam rangka untuk mencapai tujuan itu ia harus
menyesuaikan tekniknya untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dan komplikasi yang
mungkin timbul akibat pencabutan dari tiap-tiap gigi.
Untuk itulah pengetahuan yang mendalam tentang
teknik-teknik pencabutan mutlak diperlukan dalam melakukan tindakan pencabutan
khususnya dengan jalan pembedahan, agar dapat mencegah atau mengurangi
terjadinya efek samping/komplikasi yang tidak kita inginkan. Di samping itu,
perawatan pasca-pembedahan juga merupakan suatu hal yang penting agarprosedur pencabutan gigi
yang dilakukan berhasil dengan baik dan sempurna.
I.2. Rumusan Masalah
1.
Definisi pencabutan gigi ?
2.
Apa saja indikasi pencabutan
gigi permanen ?
3.
Apa saja kontra indikasi
pencabutan gigi permanen ?
I.3. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswi
mampu menjelaskan pengertian pencabutan gigi permanen
2. Mahasiswi
mampu menjelaskan kontra indikasi pencabutan gigi permanen
3. Mahasiswi
mampu menjelaskan indikasi pencabutan gigi permanen
I.4. Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat penulisan ini adalah untuk mengetahui kontra indikasi dan indikasi
pencabutan gigi permanen.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Pencabutan Gigi
Pencabutan gigi merupakan suatu proses
pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat
dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga merupakan operasi bedah yang
melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang
dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan/disatukan oleh
gerakan lidah dan rahang. Definisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan
tanpa rasa sakit satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap
jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna
dan tidak terdapat masalah prostetik di masa mendatang. (4)
Pencabutan gigi merupakan tindakan yang
sangat komplek yang melibatkan struktur tulang, jaringan lunak dalam rongga
mulut serta keselurahan bagian tubuh. Pada tindakan pencabutan gigi perlu
dilaksanakan prinsip-prinsip keadaan suci hama (asepsis) dan prinsip-prinsip
pembedahan (surgery). Untuk pencabutan lebih dari satu gigi secara bersamaan
tergantung pada keadaan umum penderita serta keadaan infeksi yang ada ataupun
yang mungkin akan terjadi.
Ekstraksi gigi adalah suatu tindakan
bedah pencabutan gigi dari socket gigi dengan alat-alat ekstraksi (forceps).
Kesatuan dari jaringan lunak dan jaringan keras gigi dalam cavum oris dapat
mengalami kerusakan yang menyebabkan adanya jalur terbuka untuk terjadinya
infeksi yang menyebabkan komplikasi dalam penyembuhan dari luka ekstraksi. Oleh
karena itu tindakan aseptic merupakan aturan perintah dalam bedah mulut.
Selalu diingat bahwa gigi bukanlah
“ditarik” melainkan dicabut dengan hati-hati. Hal ini merupakan prosedur
pembedahan dan etika bedah yang harus diikuti guna mencegah komplikasi serius
(fraktur tulang/gigi, perdarahan, infeksi). Gigi geligi memang banyak namun
masing-masing gigi merupakan struktur individual yang penting, dan
masing-masing harus dipelihara sedapat mungkin. Tujuan dari ekstraksi gigi
harus diambil untuk alasan terapeutik atau kuratif. (7)

B.
Tujuan
Pencabutan Gigi
Pencabutan
gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh tanpa
menimbulkan rasa sakit, dengan Tangan kiri dapat digunakan untuk memindahkan
lidah, pipi, bibir dari tempat pencabutan agar lapangan pandang tidak
terganggu. Dapat pula digunakan untuk menyangga dan menahan mandibula selama
pencabutan gigi rahang bawah agar mempermudah pencabutan dan mencegah dislokasi
TMJ. Tangan kiri juga digunakan untuk memegang dan menyangga tulang alveolar
disekeliling gigi yang akar dicabut dan mengeluarkan gigi, akar atautumpatan
yang terlepas di dalam mulut.
C.
Indikasi
dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi
a) Indikasi
Pencabutan Gigi
Gigi
mungkin perlu di cabut untuk berbagai alasan, misalnya karena sakit gigi itu
sendiri, sakit pada gigi yang mempengaruhi jaringan di sekitarnya, atau letak
gigi yang salah. Di bawah ini adalah beberapa contoh indikasi dari pencabutan
gigi:
1)
Karies
yang parah
Alasan
paling umum dan yang dapat diterima secara luas untuk pencabutan gigi adalah
karies yang tidak dapat dihilangkan. Sejauh ini gigi yang karies merupakan
alasan yang tepat bagi dokter gigi dan pasien untuk dilakukan tindakan pencabutan.
2)
Nekrosis
pulpa
Sebagai
dasar pemikiran, yang ke-dua ini berkaitan erat dengan pencabutan gigi adalah
adanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang tidak diindikasikan untuk
perawatan endodontik. Mungkin dikarenakan jumlah pasien yang menurun atau
perawatan endodontik saluran akar yang berliku-liku, kalsifikasi dan tidak
dapat diobati dengan tekhnik endodontik standar. Dengan kondisi ini, perawatan
endodontik yang telah dilakukan ternyata gagal untuk menghilangkan rasa sakit
sehingga diindikasikan untuk pencabutan.
3)
Penyakit
periodontal yang parah.
Alasan
umum untuk pencabutan gigi adalah adanya penyakit periodontal yang parah. Jika
periodontitis dewasa yang parah telah ada selama beberapa waktu, maka akan
nampak kehilangan tulang yang berlebihan dan mobilitas gigi yang irreversibel.
Dalam situasi seperti ini, gigi yang mengalami mobilitas yang tinggi harus
dicabut.
4)
Alasan
orthodontik.
Pasien
yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering membutuhkan pencabutan gigi
untuk memberikan ruang untuk keselarasan gigi. Gigi yang paling sering
diekstraksi adalah premolar satu rahang atas dan bawah, tapi premolar ke-dua
dan gigi insisivus juga kadang-kadang memerlukan pencabutan dengan alasan yang
sama.
5)
Gigi
yang mengalami malposisi
Gigi
yang mengalami malposisi dapat diindikasikan untuk pencabutan dalam situasi
yang parah. Jika gigi mengalami trauma jaringan lunak dan tidak dapat ditangani
oleh perawatan ortodonsi, gigi tersebut harus diekstraksi. Contoh umum ini
adalah molar ketiga rahang atas yang keluar kearah bukal yang parah dan
menyebabkan ulserasi dan trauma jaringan lunak di pipi. Dalam situasi gigi yang
mengalami malposisi ini dapat dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan.
6)
Gigi
yang retak
Indikasi ini jelas untuk dilakukan
pencabutan gigi karena gigi yang telah retak. Pencabutan gigi yang retak bisa
sangat sakit dan rumit dengan tekhnik yang lebih konservatif. Bahkan prosedur restoratif
endodontik dan kompleks tidak dapat mengurangi rasa sakit akibat gigi yang
retak tersebut.
7)
Pra-prostetik
ekstraksi
Kadang-kadang, gigi mengganggu
desain dan penempatan yang tepat dari peralatan prostetik seperti gigitiruan
penuh, gigitiruan sebagian lepasan atau gigitiruan cekat. Ketika hal ini
terjadi, pencabutan sangat diperlukan.
8)
Gigi
impaksi
Gigi yang impaksi harus
dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan. Jika terdapat sebagian gigi yang
impaksi maka oklusi fungsional tidak akan optimal karena ruang yang tidak
memadai, maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi impaksi tersebut. Namun,
jika dalam mengeluarkan gigi yang impaksi terdapat kontraindikasi seperti pada
kasus kompromi medis, impaksi tulang penuh pada pasien yang berusia diatas 35
tahun atau pada pasien dengan usia lanjut, maka gigi impaksi tersebut dapat
dibiarkan.
9)
Supernumary
gigi
Gigi yang mengalami supernumary
biasanya merupakan gigi impaksi yang harus dicabut. Gigi supernumary dapat
mengganggu erupsi gigi dan memiliki potensi untuk menyebabkan resorpsi gigi
tersebut.
10)
Gigi
yang terkait dengan lesi patologis
Gigi yang terkait dengan lesi
patologis mungkin memerlukan pencabutan. Dalam beberapa situasi, gigi dapat
dipertahankan dan terapi terapi endodontik dapat dilakukan. Namun, jika
mempertahankan gigi dengan operasi lengkap pengangkatan lesi, gigi tersebut
harus dicabut.
11)
Terapi
pra-radiasi
Pasien yang menerima terapi radiasi
untuk berbagai tumor oral harus memiliki pertimbangan yang serius terhadap gigi
untuk dilakukan pencabutan.
12)
Gigi
yang mengalami fraktur rahang
Pasien yang mempertahankan fraktur
mandibula atau proses alveolar kadang-kadang harus merelakan giginya untuk
dicabut. Dalam sebagian besar kondisi gigi yang terlibat dalam garis fraktur
dapat dipertahankan, tetapi jika gigi terluka maka pencabutan mungkin
diperlukan untuk mencegah infeksi.
13)
Estetik
Terkadang pasien memerlukan
pencabutan gigi untuk alasan estetik. Contoh kondisi seperti ini adalah yang
berwarna karena tetracycline atau fluorosis, atau mungkin malposisi yang
berlebihan sangat menonjol. Meskipun ada tekhnik lain seperti bonding yang
dapat meringankan masalah pewarnaan dan prosedur ortodonsi atau osteotomy dapat
digunakan untuk memperbaiki tonjolan yang parah, namun pasien lebih memilih
untuk rekonstruksi ekstraksi dan prostetik.
14)
Ekonomis
Indikasi terakhir untuk pencabutan
gigi adalah faktor ekonomi. Semua indikasi untuk ekstraksi yang telah
disebutkan diatas dapat menjadi kuat jika pasien tidak mau atau tidak mampu
secara finansial untuk mendukung keputusan dalam mempertahankan gigi tersebut.
Ketidakmampuan pasien untuk membayar prosedur tersebut memungkinkan untuk
dilakukan pencabutan gigi.
b) Kontraindikasi Pencabutan Gigi
1)
Kontaindikasi
sistemik
Kontraindikasi
Pencabutan Gigi
a)
Kontaindikasi
sistemik
1. Diabetes
Melitus
Penyakit
apadabila tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka. Akibat yang ditimbulkan bila
pencabutan gigi dilakukan pada saat kadar gula darah tinggi antara lain :
·
Terjadinya
infeksi pasca pencabutan pada daerah bekas pencabutan.
·
Terjadinya
sepsis atau peningkatan jumlah bakteri dalam darah.
·
Terjadinya
perdarahan yang terus menerus akibat infeksi pasca pencabutan.Oleh karena
alasan tersebut di atas,maka biasanya dokter gigi menunda pencabutan gigi pada
penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol.
Gejala dan
tanda tanda kinik dirongga mulut :
Ø Gusi agak membengkak, sakit, merah
gelap dan biasanya agak lepas dari gigi
Ø Insiden karies naik pada DM yang
tidk terkontrol
Ø Jumlah saliva menurun(xerostomia)
mulut kering
Ø Mulut bau aseton
Perawatan gigi penderita:
Ø Perawatan gigi harus dilakukan 3-4
bulan sekali (semua fokal infeksi harus dibersihkan)
Ø Pembersihan karang gigi(skaling)
dengan segera
Ø Penyuluhan pada penderita cara sikat
gigi yang baik
Ø Pemberian vitamin B komplek dan
vitamin C dosis tinggi serta antibiotik akan mempercepat penyembuhan
2. Kelainan Jatung
Pada penyakit
kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik
menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi
perdarahan. Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra indikasi eksodonsi.
Kontra indikasi eksodonsi di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan
tindakan eksodonsi pada pasien ini, namun dalam penangannannya perlu konsultasi
pada para ahli, dalam hal ini dokter spesialis jantung. Dengan berkonsultasi,
kita bisa mendapatkan rekomendasi atau izin dari dokter spesialis mengenai
waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima tindakan eksodonsi tanpa terjadi
komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan pendamping yang
diperlukan sebelum atau sesudah dilakukan eksodonsi, misalnya saja penderita
jantung rema harus diberi penicillin sebelum dan sesudah eksodonsi dilakukan.
Gejala
dan tanda tanda kinik dirongga mulut penderita Penyakit
jantung:
·
Oral hygiene buruk
·
Menumpuknya bakteri Streptococcus
viridan. Masuknya bakteri dari rongga mulut ke dalam aliran darah
memudahkan kuman mencapai bagian abnormal di rongga jantung dan menyebabkan
infeksi.
3.
Kelainan darah.
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan
trauma pada pembuluh darah, hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan
platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan karena adanya
interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah.
Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu
clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin
menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin. Agar tidak terjadi
komplikasi pasca eksodonsia perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan seperti
waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah yg tdk normal pada penderita.
a)
Purpura hemoragi
Pada pasien dengan keadaan scurvy lanjut maka perdarahan ke dan
dari dalam gusi merupakan keadaan yang biasa terjadi. Hal ini disebabkan karena
fragilitas kapiler (daya tahan kapiler abnormal terhadap rupture) pada pasien
tersebut dalam keadaan kurang, sehingga menuju kearah keadaan mudah terjadi
pendarahan petechie dan ecchimosis.
Perlu ditanyakan kepada pasien tentang riwayat perdarahan pasca
eksodonsia, atau pengalaman pendarahan lain. Selanjutnya diteruskan pada
pemerikasaan darah yaitu waktu pendarahan dan waktu penjedalan darah, juga
konsentrasi protrombin.
b)
Leukemia
Pada leukemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan prekursornya dalam darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan terjadi perdarahan.
Pada leukemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan prekursornya dalam darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan terjadi perdarahan.
Leukemia Limfatika Tanda-tanda :
• badan makin lelah dan lemah ,pucat, jantung berdesir, tekanan darah rendah,tanda-tanda anemia
• badan makin lelah dan lemah ,pucat, jantung berdesir, tekanan darah rendah,tanda-tanda anemia
• limfonodi membesr diseluruh tubuh
• gusi berdarah
• petechyae
• perdarahan pasca eksodonsia
• batuk-batuk
• pruritus
• pemeriksaan darah menunjukkan ada anemia tipe sekunder
• gusi berdarah
• petechyae
• perdarahan pasca eksodonsia
• batuk-batuk
• pruritus
• pemeriksaan darah menunjukkan ada anemia tipe sekunder
Leukemia Mielogenous
• Kekebalan tubuh penderita berkurang
• Kekebalan tubuh penderita berkurang
• Berat badan berkurang
• Tabda tanda anemia
• pembesaran limfa
• perut terasa kembung & mual
• demam
• gangguan gastro intestinal
• gatal gatal pada kulit
• perdarahan pada berbagai bagian tubuh
• gangguan penglihatan / perdarahan karena infiltrais leukemik
• perbesaran lien
• perdarahan petechyae
• perdrahan gusi
• rasa berat di daerah sternum
• Tabda tanda anemia
• pembesaran limfa
• perut terasa kembung & mual
• demam
• gangguan gastro intestinal
• gatal gatal pada kulit
• perdarahan pada berbagai bagian tubuh
• gangguan penglihatan / perdarahan karena infiltrais leukemik
• perbesaran lien
• perdarahan petechyae
• perdrahan gusi
• rasa berat di daerah sternum
c) Anemia
Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah sehingga kemampuan darah untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang. Selain itu, penderita anemia memiliki kecenderungan adanya kerusakan mekanisme pertahanan seluler.
Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah sehingga kemampuan darah untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang. Selain itu, penderita anemia memiliki kecenderungan adanya kerusakan mekanisme pertahanan seluler.
d) Hemofilia
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah, hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin.
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan.
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah, hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin.
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan.
Agar tidak terjadi
komplikasi pasca eksodonsia perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan seperti
waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah yg tdk normal pada penderita
4.
Hipertensi
Kecemasan yang biasa dialami pasien saat akan menerima perawatan gigi dapat mempengaruhi tekanan darah. Dengan komunikasi yang terjalin dengan baik antara dokter gigi dan pasien, diharapkan pasien menjadi tenang dan nyaman. Selain itu, prosedur perawatan yang memakan waktu mungkin dapat dibagi menjadi beberapa sesi, supaya pasien tidak duduk terbaring terlalu lama di dental chair.
Kecemasan yang biasa dialami pasien saat akan menerima perawatan gigi dapat mempengaruhi tekanan darah. Dengan komunikasi yang terjalin dengan baik antara dokter gigi dan pasien, diharapkan pasien menjadi tenang dan nyaman. Selain itu, prosedur perawatan yang memakan waktu mungkin dapat dibagi menjadi beberapa sesi, supaya pasien tidak duduk terbaring terlalu lama di dental chair.
Pasien dengan
hipertensi yang tidak terkontrol beresiko untuk mengalami perdarahan paska
pencabutan gigi. Hal ini berkaitan dengan obat bius yang digunakan umumnya
mengandung vasokonstriktor (agar efek obat bius bertahan lama) yang berefek
menyempitkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah semakin meningkat. Hal ini
dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan terjadi perdarahan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah sebelum tindakan
pencabutan dilakukan. Jika tekanan darah pasien tinggi, pencabutan gigi
sebaiknya ditunda dan pasien dirujuk ke ahli penyakit dalam terlebih dulu untuk
mengontrol tekanan darah.
5.
Toxic Goiter
Ciri-ciri pasien tersebut adalah tremor, emosi
tidak stabil, tachycardia dan palpitasi , keringat keluar berlebihan, glandula
tiroidea membesar secara difus (kadang tidak ada), exophthalmos (bola mata melotot),
berat badan susut, rata-rata basal metabolic naik, kenaikan pada tekanan
pulsus, gangguan menstruasi (pada wanita), nafsu makan berlebih.
Tindakan
bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan krisis tiroid,
tanda-tandanya yaitu setengah sadar, sangat gelisah ,tidak terkontrol meskipun
telah diberi obat penenang.
Pada penderita toxic goiter jangan dilakukan tindakan bedah mulut, termasuk tindakan eksodonsi, karena dapat menyababkan krisis tiroid dan kegagalan jantung.
Pada penderita toxic goiter jangan dilakukan tindakan bedah mulut, termasuk tindakan eksodonsi, karena dapat menyababkan krisis tiroid dan kegagalan jantung.
Pasien
dengan penyakit syphilis, karena pada saat itu daya tahan terutama tubuh sangat
rendah sehingga mudah terjadi infeksi dan penyembuhan akan memakan waktu yang
lama.
6. Alergi
pada anastesi local
Kontraindikasi eksodonsi
yang bersifat setempat umumnya menyangkut suatu infeksi akut jaringan di
sekitar gigi.
a.
Infeksi gingival akut
Infeksi gingival akut
biasa juga disebut dengan acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG) atau
fusospirochetal gingivitis. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri fusospirochaetal
atau streptococcus.
Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah
:
·
memiliki OH yg jelek
·
perdarahan pada gusi
·
radang pada gusi
·
nafas tidak sedap
(adanya akumulasi plak)
b.
Infeksi perikoronal akut
Merupakan infeksi yang
terjadi pada jaringan lunak di sekitar mahkota gigi molar yang terpendam (gigi
impaksi). Perikoronitis dapat terjadi ketika gigi molar 3 bererupsi sebagian
(hanya muncul sedikit pada permukaan gusi). Keadaan ini menyebabkan bakteri
dapat masuk ke sekitar gigi dan menyebabkan infeksi. Pada perikoronitis,
makanan / plak dapat tersangkut di bawah flap gusi di sekitar gigi sehingga
dapat mengiritasi gusi, pembengkakan dan infeksi dapat meluas di sekitar pipi,
leher, dan rahang. Selain itu, faktor-faktor yang juga menyebabkan infeksi
adalah trauma dari gigi di sebelahnya, merokok dan infeksi saluran pernapasan
bagian atas.
Rahang yang baru
saja telah diradiasi, pada keadaan ini
suplai darah menurun sehingga rasa sakit hebat dan bisa fatal.Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan seperti tersebut diatas
adalah bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui
aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia. Septikemia adalah
suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh infeksi dengan tanda-tanda respon
sistemik, septikimia juga biasa diartikan dengan infeksi berat pada darah.
Infeksi dalam rongga mulut bila tidak ditangani secara adekuat dapat menjadi
suatu induksi untuk terjadinya sepsis. Bila pasien telah mengalami sepsis dan
tidak segera ditangani maka keadaan sepsis ini akan berlanjut menjadi syok
septic dan dapat mengakibatkan kematian pasien.
Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan
seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi,
akan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan
septikemia. Septikemia adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh infeksi
dengan tanda-tanda respon sistemik, septikimia juga biasa diartikan dengan
infeksi berat pada darah. Infeksi dalam rongga mulut bila tidak ditangani
secara adekuat dapat menjadi suatu induksi untuk terjadinya sepsis. Bila pasien
telah mengalami sepsis dan tidak segera ditangani maka keadaan sepsis ini akan
berlanjut menjadi syok septic dan dapat mengakibatkan kematian pasien.
Tanda-tanda respon sistemik sepsis :
a. Takhipne (respirasi > 20 kali/menit
b. Takhikardi (denyut nadi > 90 kali/menit)
c. Hipertermi (suhu badan rektal > 38,3)
Sedangkan syok septik
adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh tidak cukupnya perfusi
jaringan dan adanya hipoksia jaringan yang disebabkan oleh sepsis. Keadaan
diatas kadangkala disebut juga Sindroma Respon Inflamasi Sistemik (Systemic
Inflammatory Response Syndrome = SIRS) yaitu suatu respon inflamasi sistemik
yang bervariasi bentuk kliniknya, ditunjukkan oleh dua atau lebih keadaan
sebagai berikut :
a. Temperatur > 38
b. Denyut jantung > 90 kali /menit
c. Respirasi > 20 kali/menit
d. Jumlah leukosit > 12.000/mm3 atau <>3
8. Kehamilan.
pada trimester ke-dua karena obat-obatan pada
saat itu mempunyai efek rendah terhadap janin.
Penderita yang hamil (gravid)
Gejala klinis :
a.
Gingivitis kehamilan (pregnancy gingivitis).
·
Biasan ya terjadi pada ibu hamil setelah 3 bulan kehamilan dikarenakan
perubahan hormon estrogen dan progesteron yang pengaruhnya lebih besar terhadap
inflamasi/peradangan
·
Tidak sakit, Warna merah, mudah berdarah.
·
Penonjolan ginggiva di interproximal
·
Derajat keradangan dari ringan hingga berat
·
Oral hygiene buruk
·
Hilang dengan sendirinya setelah melahirkan
b. Tumor kehamilan (pregnancy tumor / epulis gravidarum
/ granuloma kehamilan)
·
Biasanya berkembang di sekitar daerah
papilla interdental dan pada daerah-daerah yang terdapat iritasi lokal, seperti
tepi restorasi yang tidak baik, tepi dari gigi yang mengalami karies atau pada
paket periodontal
·
Warna gingiva merah keunguan sampai merah
kebiruan
·
Lesi ini lebih sering terjadi pada rahang
atas terutama disisi vestibtuar pada daerah anterior dan dapat membesar sampai
menutupi mahkota gigi.
·
Tumor kehamilan mudah berdarah terutama
apabila terkena injuri
·
Psychosis dan neurosis
pasien yang mempunyai mental yang tidak stabil karena dapat berpengaruh pada
saat dilakukan ekstraksi gigi
·
Terapi dengan
antikoagulan.
9.
Jaundice
Tanda-tandanya adalah ( Archer, 1961 ) ialah kulit berwarna kekuning-kuningan disebut bronzed skin, conjuntiva berwarna kekuning-kuningan, membrana mukosa berwarna kuning, juga terlihat pada cairan tubuh ( bila pigmen yang menyebabakan warna menjadi kuning ).
Tanda-tandanya adalah ( Archer, 1961 ) ialah kulit berwarna kekuning-kuningan disebut bronzed skin, conjuntiva berwarna kekuning-kuningan, membrana mukosa berwarna kuning, juga terlihat pada cairan tubuh ( bila pigmen yang menyebabakan warna menjadi kuning ).
Tindakan eksodonsi pada penderita ini dapat
menyebabkan “prolonged hemorrahage” yaitu perdarahan yang terjadi berlangsung
lama sehingga bila penderita akan menerima pencabutan gigi sebaiknya dikirimkan
dulu kepada dokter ahli yang merawatnya atau sebelum eksodonsi lakukan
premediksi dahulu dengan vitamin K.
10.
AIDS
Lesi oral sering muncul sebagai tanda awal
infeksi HIV. Tanpa pemeriksaan secara hati-hati, sering lesi oral tersebut
tidak terpikirkan, karena lesi oral sering tidak terasa nyeri. Macam-macam
manifestasi infeksi HIV pada oral dapat berupa infeksi jamur, infeksi bakteri,
infeksi virus dan neoplasma.
Pada penderita AIDS
terjadi penghancuran limfosit sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi
berkurang. Pada tindakan eksodonsi dimana tindakan tersebut melakukan perlukaan
pada jaringan mulut, maka akan lebih mudah mengalami infeksi yang lebih parah.
Bila pasien sudah terinfeksi dan memerlukan premedikasi, maka upayakan untuk
mendapatkan perawatan medis dulu. Tetapi bila belum terinfeksi bisa langsung
cabut gigi.
Dengan demikian, apabila
dokter gigi sudah menemui gejala penyakit mematikan ini pada pasiennya, maka
dokter bisa langsung memperoteksi diri sesuai standar universal precautaion
(waspada unievrsal). Perlindungan ini bisa memakai sarung tangan, masker,
kacamata, penutup wajah, bahkan juga sepatu. Karena hingga kini belum ditemukan
vaksin HIV
11. Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Pada penderita sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi infeksi sehingga penyembuhan luka terhambat.Luka padakemaluantanpa rasa nyeri,bintil/bercakmerahditubuh,menyerangsemua organ tubuhsepertikelainansaraf,jantung,kulit,bagianroggamulut. Cara penularan, Melaluihubunganseksual,ibukejanin,ditularkanmelaluiluka,transfusedarah,danjarumsuntik
Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Pada penderita sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi infeksi sehingga penyembuhan luka terhambat.Luka padakemaluantanpa rasa nyeri,bintil/bercakmerahditubuh,menyerangsemua organ tubuhsepertikelainansaraf,jantung,kulit,bagianroggamulut. Cara penularan, Melaluihubunganseksual,ibukejanin,ditularkanmelaluiluka,transfusedarah,danjarumsuntik
Tanda-Tanda
Klinis :
Stadium I : ada ulkus durum pada
selaput lendir dan sedikit sakit
Staduim II : ada mucous patch (
peradangan yang paling menular) berwarna putih kelabu dikelilingibatas merah
pada mukosa mulut
Stadium III : ada gumma yaitu suatu
kelainan yang khas bisa intra oral dan ekstra oral. Intra oral terutama
terdapat dipalatum dan dapat menyebabkan perporasi palatum
s
12. Gagal ginjal
GagalGinjal
(renal failure) merupakanistilah non-spesifik yang
menggambarkanpenurunanfungsiginjal.
hap
proses penyaringanginjaldiblokirbaikkarenakerusakanginjallangsung
(misalnyakarena diabetes) atauolehpenyumbatantidaklangsung
(sepertiolehbatuginjal), makaitudapatmenyebabkangagalginjal.
CiriCiriGagalGinjalAwal
– Akut – Kronis
Ø Perubahan
warna dan pola air kencing
Ø Tubuh
sangat lelah
Ø Tubuh
bengkak
Ø Bau mulut
Ø Gatal dan
muncul ruam kulit
Ø Kram otot
Ø Nafsu
makan turun
Ø Sekitar
mata bengkak
Ø Gangguan
pencernaan (mual dan muntah)
Ø Meriang
Ø Sulit
bernafas
Ø Punggung
atas sakit
Ø sakit kepala berat
Ø sulit konsentrasi
Ø Sulit
tidur
Ø Busa dalam
urin
Ada BerapaMacamGagalGinjal :
1)
GagalGinjalAkut (GGA)
Acute Renal Failure (ARF) Terjadiketikaginjaltiba-tibaberhentimenyaringproduklimbahdaridarah.
Acute Renal Failure (ARF) Terjadiketikaginjaltiba-tibaberhentimenyaringproduklimbahdaridarah.
Gejala gagal ginjal
akut diantaranya:
ü
Retensi cairan,
ü
Perdarahan internal,
ü
Kebingungan,
ü
Kejang dan koma.
2)
GagalGinjalKronis (GGK)
Chronic Renal Failure (CRF)berkembangperlahan-lahandanberangsurmemberatdengansedikitgejalapadatahapawal. Ciri-ciri pada gagal ginjalkronis:
Chronic Renal Failure (CRF)berkembangperlahan-lahandanberangsurmemberatdengansedikitgejalapadatahapawal. Ciri-ciri pada gagal ginjalkronis:
·
tes urin yang abnormal,
·
tekanan darah tinggi,
·
penurunan berat badan,
·
kehilangan nafsu makan,
·
mual,
·
muntah,
·
rasa logam pada lidah,
·
anemia,
·
sesak napas,
·
nyeri dada,
·
kebingungan, dll.
13. Epelepsi
Epilepsimerupakansuatukeadaanfisik
yang terjadisecaratiba-tiba, yang
disebabkankarenaadanyaperubahanmendadakdalamkerjaotak.Dalamprofesikedokterangigi,
perawatangigipadapasienepilepsiharusdilakukanolehdoktergigi yang
memahamipengetahuantentanggangguanepilepsiini,
sehinggapasienmendapatkanperawatansecaraterpadudantepat.
Epilepsimemilikiefeknegatiflangsungumumnyapadakondisigigidankebersihanmulut
yang buruk.Epilepsiadalahpenyakit yang seringdihadapi di
bagianmulutdanpraktekbedah.
Pemeriksaanterhadapmanifestasiklinispadapenderitaepilepsi
di dalamronggamulutseperti :
1.
Hiperplasiagingiva(pembesarangusi).
Pembesarangingiva didefenisikansebagaisuatukeadaandimanaukuran
gingiva bertambahdariukuran normal yang dapatmenimbulkanmasalahestetik di
daerah anterior danjugasalahsatudari lima gejalakardinalperadangan. Jaringan
gingiva yang
membesarbiasanyamemilikilebihataukurangkonsistensilunakdanberdarahpadasaatdilakukan
probing.
2.
Gigi patah.
Sebuahpenelitian di Brazil, menunjukkan trauma
ronggamulutterbanyakpadapasienepilepsiadalahterjadinyafrakturmahkotagigi,
danluksasigigi.Epilepsitonik-klonikumumdapatmenyebabkancederamulut minor,
cederagigidan trauma maksilofasial.Cedera yang disebabkanakibatjatuh,
sepertifrakturmandibulaseringterjadipadapasien yang mengalamikejangatonik.
3.
Efeksampingmengkomsumsiobatepilepsi.
Penyebabpembesaran
gingiva tersebutkarenaobatataumetabolismeobatyaitu:
¨
Peningkatanproduksikolagenoleh
fibroblast gingiva.
¨
Pengurangandegradasikolagenakibatdiproduksinyaenzimkolagenase
yang inaktif.
¨
Pertambahanmatriks
non-kolagen
2)
Kontraindikasi
lokal
Kontraindikasi eksodonsi yang bersifat setempat umumnya menyangkut
suatu infeksi akut jaringan di sekitar gigi.
a) Infeksi gingival akut
Infeksi gingival akut biasa juga disebut
dengan acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG) atau fusospirochetal
gingivitis. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri fusospirochaetal atau
streptococcus.
Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah :
Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah :
a. memiliki OH yg jelek
b. perdarahan pada gusi
c. radang pada gusi
d. sakit
e. nafas tidak sedap (adanya akumulasi plak)
b. perdarahan pada gusi
c. radang pada gusi
d. sakit
e. nafas tidak sedap (adanya akumulasi plak)
b)
Infeksi perikoronal akut
Merupakan infeksi
yang terjadi pada jaringan lunak di sekitar mahkota gigi molar yang terpendam
(gigi impaksi). Perikoronitis dapat terjadi ketika gigi molar 3 bererupsi
sebagian (hanya muncul sedikit pada permukaan gusi). Keadaan ini menyebabkan bakteri
dapat masuk ke sekitar gigi dan menyebabkan infeksi. Pada perikoronitis,
makanan / plak dapat tersangkut di bawah flap gusi di sekitar gigi sehingga
dapat mengiritasi gusi, pembengkakan dan infeksi dapat meluas di sekitar pipi,
leher, dan rahang. Selain itu, faktor-faktor yang juga menyebabkan infeksi
adalah trauma dari gigi di sebelahnya, merokok dan infeksi saluran pernapasan
bagian atas.
c) Sinusitis maksilaris akut
Sinus adalah rongga
berisi udara yang terdapat di sekitar rongga hidung. Sinusitis (infeksi sinus)
terjadi jika membran mukosa saluran pernapasan atas (hidung, kerongkongan,
sinus) mengalami pembengkakan. Pembengkakan tersebut menyumbat saluran sinus
yang bermuara ke rongga hidung. Akibatnya cairan mukus tidak dapat keluar
secara normal. Menumpuknya mukus di dalam sinus menjadi faktor yang mendorong
terjadinya infeksi sinus.
Gejala sinusitis akut:
• Nyeri, sakit di sekitar wajah
• Hidung tersumbat
• Kesulitan ketika bernapas melalui hidung
• Kurang peka terhadap bau dan rasa
• Eritem di sekitar lokasi sinus
• Jika menunduk ke depan nyeri berdenyut akan terasa di sekitar wajah
• Hidung tersumbat
• Kesulitan ketika bernapas melalui hidung
• Kurang peka terhadap bau dan rasa
• Eritem di sekitar lokasi sinus
• Jika menunduk ke depan nyeri berdenyut akan terasa di sekitar wajah
d)
Radiasi
Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia. Septikemia adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh infeksi dengan tanda-tanda respon sistemik, septikimia juga biasa diartikan dengan infeksi berat pada darah. Infeksi dalam rongga mulut bila tidak ditangani secara adekuat dapat menjadi suatu induksi untuk terjadinya sepsis. Bila pasien telah mengalami sepsis dan tidak segera ditangani maka keadaan sepsis ini akan berlanjut menjadi syok septic dan dapat mengakibatkan kematian pasien.
Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia. Septikemia adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh infeksi dengan tanda-tanda respon sistemik, septikimia juga biasa diartikan dengan infeksi berat pada darah. Infeksi dalam rongga mulut bila tidak ditangani secara adekuat dapat menjadi suatu induksi untuk terjadinya sepsis. Bila pasien telah mengalami sepsis dan tidak segera ditangani maka keadaan sepsis ini akan berlanjut menjadi syok septic dan dapat mengakibatkan kematian pasien.
Tanda-tanda respon sistemik sepsis :
a. Takhipne (respirasi > 20 kali/menit
b. Takhikardi (denyut nadi > 90 kali/menit)
c. Hipertermi (suhu badan rektal > 38,3)
a. Takhipne (respirasi > 20 kali/menit
b. Takhikardi (denyut nadi > 90 kali/menit)
c. Hipertermi (suhu badan rektal > 38,3)
Sedangkan syok septik
adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh tidak cukupnya perfusi
jaringan dan adanya hipoksia jaringan yang disebabkan oleh sepsis. Keadaan
diatas kadangkala disebut juga Sindroma Respon Inflamasi Sistemik (Systemic
Inflammatory Response Syndrome = SIRS) yaitu suatu respon inflamasi sistemik
yang bervariasi bentuk kliniknya, ditunjukkan oleh dua atau lebih keadaan
sebagai berikut :
a. Temperatur > 38
b. Denyut jantung > 90 kali /menit
c. Respirasi > 20 kali/menit
d. Jumlah leukosit > 12.000/mm3 atau <>3
a. Temperatur > 38
b. Denyut jantung > 90 kali /menit
c. Respirasi > 20 kali/menit
d. Jumlah leukosit > 12.000/mm3 atau <>3
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari
alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi.
Pencabutan gigi juga merupakan operasi bedah yang melibatkan jaringan bergerak
dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi,
dan selanjutnya dihubungkan/disatukan oleh gerakan lidah dan rahang. Dalam
pencabutan gigi ada indiksi dan kontra indikasi yang harus di ketahui oleh
perawat gigi dalam sebelum melakukan tindakan kepada pasien agar tidak
merugikan bagi pasien maupun perawat gigi itu sendiri.
B. Saran
Dalam
pencabutan gigi ada indiksi dan kontra indikasi yang harus di ketahui oleh
perawat gigi dalam sebelum melakukan tindakan kepada pasien agar tidak
merugikan bagi pasien maupun perawat gigi itu sendiri. Jadi sebagai perawat
gigi kita harus mengtahui dan paham menganai indikasi dan kontra indikasi
pencabutan gigi permanen.
DAFTAR
PUSTAKA
Hendra
chandra, M.
2014 . buku petunjuk praktis pencabutan gigi. Jakarta : sagung seto
Bakar, Abu.
2012 kedokteran gigi kliniks.Yogyakarta: Quantum Sinergi Media
