Jumat, 22 April 2016

Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi




Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. berkat rahmat dan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Indikasi dan Kontra Indikasi pencabutan gigi permanen”.
Salawat beriring salam tidak lupa pula kita sanjung sajikan ke pangkuan Nabi besar saw. yang mana oleh beliau telah membawa kita dari alam jahiliyah ke alam Islamiyah dan dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan saat ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan, bantuan serta motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian. Semoga penulisan makalah ini menjadi sangat berguna bagi kami dan pembaca sekalian.



                                                                                             Makassar, 14 Maret 2016  
                                               

Penyusun

Kelompok 1





DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................
Daftar Isi..........................................................................................
Bab I Pendahuluan.................................................................
1.     Latar belakang..............................................................
2.     Rumusan Masalah........................................................
3.     Tujuan Penulisan..........................................................
4.     Manfaat Penulisan........................................................
Bab II Pembahasan
A.   DEFINISI Pencabutan Gigi Permanen..........................
B.   Tujuan Pencabutan Gigi Permanen...............................
C.   Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi Permanen        
Bab III Penutup
A.   Kesimpulan...................................................................
B.   Saran......................................................................................
Daftar Pustaka.................................................................................







BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita lakukan sebagai dokter gigi. Walaupun demikian tidak jarang kita temukan komplikasi dari tindakan ekstraksi gigi yang kita lakukan. Karenanya kita perlu waspada dan diharapkan mampu mengatasi kemungkinan-kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.
Pencabutan gigi, merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan tersebut dibatasi oleh bibir dan pipi dan terdapat faktor yang dapat mempersulit dengan adanya gerakan dari lidah dan rahang bawah.
Terdapat pula hal yang dapat membahayakan tindakan tersebut yaitu adanya hubungan antara rongga mulut dengan pharynk, larynx dan oeshophagus. Lebih lanjut daerah mulut selalu dibasahi oleh saliva dimana terdapat berbagai macam jenis mikroorganisme yang terdapat pada tubuh manusia.
Tindakan pencabutan gigi merupakan tindakan yang dapat menimbulkan bahaya bagi penderita, dasar pembedahan harus dipahami, walaupun sebagian besar tindakan pencabutan gigi dapat dilakukan ditempat praktek. Beberapa kasus perlu penanganan di rumah sakit oleh karena ada pertimbangan kondisi sistemetik penderita. Tindakan dengan teknik yang cermat dengan didasari pengetahuan serta ketrampilan merupakan faktor yang utama dalam melakukan tindakan pencabutan gigi. Jaringan hidup harus ditangani dengan hati-hati, tindakan yang kasar dalam penanganan akan mengakibatkan kerusakan atau bahkan kematian jaringan.
Pencabutan gigi dapat dilakukan bilamana keadaan lokal maupun keadaan umum penderita (physical status) dalam keadaan yang sehat. Kemungkinan terjadi suatu komplikasi yang serius setelah pencabutan, mungkin saja dapat terjadi walaupun hanya dilakukan pencabutan pada satu gigi.
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh tanpa menimbulakan rasa sakit dengan trauma sekecil mungkin pada jaringan penyangganya sehingga bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak menimbulkan problema prostetik pasca bedah.
Pencabutan gigi pertama kali dilakukan hanya dengan menggunakan tang. Oleh karena timbulnya berbagai macam masalah dalam prosedur pencabutan gigi yang menyebabkan gigi tersebut sulit untuk dicabut/dikeluarkan bila hanya menggunakan tang saja maka kemudian dilakukan pembedahan.
Pencabutan gigi dengan pembedahan harus dilakukan apabila pencabutan dengan tang tidak mungkin dilakukan, gagal atau apabilagigi impaksi (terpendam). Baik untuk pencabutan gigi erupsi yang menimbulkan masalah, atau impaksi molar ketiga, prinsip-prinsip pembedahan biasanya relatif serupa. Diawali dengan pembuatan flap untuk mencapai jalan masuk ke tulang rahang, kemudian jalan masuk ke gigi dicapai dengan mengasah tulang secara konservatif. Akhirnya, jalan masuk yang tidak terhalang diperoleh dengan pengasahan kembali ketulang atau lebih baik dengan memotong gigi secara terencana. Pada akhir prosedur ini jaringan lunak dikembalikan ke tempatnya dan distabilkan dengan jahitan.
Pembedahan tidak boleh dilakukan secara sembarangan oleh karena dapat menimbulkan efek samping/komplikasi yang tidak diinginkan, misalkan perdarahan, edema, trismus, dry soket dan masih banyak lagi. Dokter gigi harus mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang ia lakukan merupakan suatu tindakan yang ideal, dan dalam rangka untuk mencapai tujuan itu ia harus menyesuaikan tekniknya untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dan komplikasi yang mungkin timbul akibat pencabutan dari tiap-tiap gigi.
Untuk itulah pengetahuan yang mendalam tentang teknik-teknik pencabutan mutlak diperlukan dalam melakukan tindakan pencabutan khususnya dengan jalan pembedahan, agar dapat mencegah atau mengurangi terjadinya efek samping/komplikasi yang tidak kita inginkan. Di samping itu, perawatan pasca-pembedahan juga merupakan suatu hal yang penting agarprosedur pencabutan gigi yang dilakukan berhasil dengan baik dan sempurna.
I.2. Rumusan Masalah
1.      Definisi pencabutan gigi ?
2.      Apa saja indikasi pencabutan gigi permanen ?
3.      Apa saja kontra indikasi pencabutan gigi permanen ?
I.3. Tujuan Penulisan
1.      Mahasiswi mampu menjelaskan pengertian pencabutan gigi permanen
2.      Mahasiswi mampu menjelaskan kontra indikasi pencabutan gigi permanen
3.      Mahasiswi mampu menjelaskan indikasi pencabutan gigi permanen


I.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan ini adalah untuk mengetahui kontra indikasi dan indikasi pencabutan gigi permanen.


BAB II
                                               PEMBAHASAN
A.    Definisi Pencabutan Gigi
Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga merupakan operasi bedah yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan/disatukan oleh gerakan lidah dan rahang. Definisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik di masa mendatang. (4)
Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sangat komplek yang melibatkan struktur tulang, jaringan lunak dalam rongga mulut serta keselurahan bagian tubuh. Pada tindakan pencabutan gigi perlu dilaksanakan prinsip-prinsip keadaan suci hama (asepsis) dan prinsip-prinsip pembedahan (surgery). Untuk pencabutan lebih dari satu gigi secara bersamaan tergantung pada keadaan umum penderita serta keadaan infeksi yang ada ataupun yang mungkin akan terjadi.
Ekstraksi gigi adalah suatu tindakan bedah pencabutan gigi dari socket gigi dengan alat-alat ekstraksi (forceps). Kesatuan dari jaringan lunak dan jaringan keras gigi dalam cavum oris dapat mengalami kerusakan yang menyebabkan adanya jalur terbuka untuk terjadinya infeksi yang menyebabkan komplikasi dalam penyembuhan dari luka ekstraksi. Oleh karena itu tindakan aseptic merupakan aturan perintah dalam bedah mulut.
Selalu diingat bahwa gigi bukanlah “ditarik” melainkan dicabut dengan hati-hati. Hal ini merupakan prosedur pembedahan dan etika bedah yang harus diikuti guna mencegah komplikasi serius (fraktur tulang/gigi, perdarahan, infeksi). Gigi geligi memang banyak namun masing-masing gigi merupakan struktur individual yang penting, dan masing-masing harus dipelihara sedapat mungkin. Tujuan dari ekstraksi gigi harus diambil untuk alasan terapeutik atau kuratif. (7)
B.     Tujuan Pencabutan Gigi
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh tanpa menimbulkan rasa sakit, dengan Tangan kiri dapat digunakan untuk memindahkan lidah, pipi, bibir dari tempat pencabutan agar lapangan pandang tidak terganggu. Dapat pula digunakan untuk menyangga dan menahan mandibula selama pencabutan gigi rahang bawah agar mempermudah pencabutan dan mencegah dislokasi TMJ. Tangan kiri juga digunakan untuk memegang dan menyangga tulang alveolar disekeliling gigi yang akar dicabut dan mengeluarkan gigi, akar atautumpatan yang terlepas di dalam mulut.





C.    Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi
a)      Indikasi Pencabutan Gigi
Gigi mungkin perlu di cabut untuk berbagai alasan, misalnya karena sakit gigi itu sendiri, sakit pada gigi yang mempengaruhi jaringan di sekitarnya, atau letak gigi yang salah. Di bawah ini adalah beberapa contoh indikasi dari pencabutan gigi:
1)      Karies yang parah
Alasan paling umum dan yang dapat diterima secara luas untuk pencabutan gigi adalah karies yang tidak dapat dihilangkan. Sejauh ini gigi yang karies merupakan alasan yang tepat bagi dokter gigi dan pasien untuk dilakukan tindakan pencabutan.
2)      Nekrosis pulpa
Sebagai dasar pemikiran, yang ke-dua ini berkaitan erat dengan pencabutan gigi adalah adanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang tidak diindikasikan untuk perawatan endodontik. Mungkin dikarenakan jumlah pasien yang menurun atau perawatan endodontik saluran akar yang berliku-liku, kalsifikasi dan tidak dapat diobati dengan tekhnik endodontik standar. Dengan kondisi ini, perawatan endodontik yang telah dilakukan ternyata gagal untuk menghilangkan rasa sakit sehingga diindikasikan untuk pencabutan.
3)      Penyakit periodontal yang parah.
Alasan umum untuk pencabutan gigi adalah adanya penyakit periodontal yang parah. Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada selama beberapa waktu, maka akan nampak kehilangan tulang yang berlebihan dan mobilitas gigi yang irreversibel. Dalam situasi seperti ini, gigi yang mengalami mobilitas yang tinggi harus dicabut.
4)      Alasan orthodontik.
Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering membutuhkan pencabutan gigi untuk memberikan ruang untuk keselarasan gigi. Gigi yang paling sering diekstraksi adalah premolar satu rahang atas dan bawah, tapi premolar ke-dua dan gigi insisivus juga kadang-kadang memerlukan pencabutan dengan alasan yang sama.
5)      Gigi yang mengalami malposisi
Gigi yang mengalami malposisi dapat diindikasikan untuk pencabutan dalam situasi yang parah. Jika gigi mengalami trauma jaringan lunak dan tidak dapat ditangani oleh perawatan ortodonsi, gigi tersebut harus diekstraksi. Contoh umum ini adalah molar ketiga rahang atas yang keluar kearah bukal yang parah dan menyebabkan ulserasi dan trauma jaringan lunak di pipi. Dalam situasi gigi yang mengalami malposisi ini dapat dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan.
6)      Gigi yang retak
Indikasi ini jelas untuk dilakukan pencabutan gigi karena gigi yang telah retak. Pencabutan gigi yang retak bisa sangat sakit dan rumit dengan tekhnik yang lebih konservatif. Bahkan prosedur restoratif endodontik dan kompleks tidak dapat mengurangi rasa sakit akibat gigi yang retak tersebut.
7)        Pra-prostetik ekstraksi
Kadang-kadang, gigi mengganggu desain dan penempatan yang tepat dari peralatan prostetik seperti gigitiruan penuh, gigitiruan sebagian lepasan atau gigitiruan cekat. Ketika hal ini terjadi, pencabutan sangat diperlukan.
8)      Gigi impaksi
Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan. Jika terdapat sebagian gigi yang impaksi maka oklusi fungsional tidak akan optimal karena ruang yang tidak memadai, maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi impaksi tersebut. Namun, jika dalam mengeluarkan gigi yang impaksi terdapat kontraindikasi seperti pada kasus kompromi medis, impaksi tulang penuh pada pasien yang berusia diatas 35 tahun atau pada pasien dengan usia lanjut, maka gigi impaksi tersebut dapat dibiarkan.
9)      Supernumary gigi
Gigi yang mengalami supernumary biasanya merupakan gigi impaksi yang harus dicabut. Gigi supernumary dapat mengganggu erupsi gigi dan memiliki potensi untuk menyebabkan resorpsi gigi tersebut.
10)  Gigi yang terkait dengan lesi patologis
Gigi yang terkait dengan lesi patologis mungkin memerlukan pencabutan. Dalam beberapa situasi, gigi dapat dipertahankan dan terapi terapi endodontik dapat dilakukan. Namun, jika mempertahankan gigi dengan operasi lengkap pengangkatan lesi, gigi tersebut harus dicabut.
11)  Terapi pra-radiasi
Pasien yang menerima terapi radiasi untuk berbagai tumor oral harus memiliki pertimbangan yang serius terhadap gigi untuk dilakukan pencabutan.
12)    Gigi yang mengalami fraktur rahang
Pasien yang mempertahankan fraktur mandibula atau proses alveolar kadang-kadang harus merelakan giginya untuk dicabut. Dalam sebagian besar kondisi gigi yang terlibat dalam garis fraktur dapat dipertahankan, tetapi jika gigi terluka maka pencabutan mungkin diperlukan untuk mencegah infeksi.
13)  Estetik
Terkadang pasien memerlukan pencabutan gigi untuk alasan estetik. Contoh kondisi seperti ini adalah yang berwarna karena tetracycline atau fluorosis, atau mungkin malposisi yang berlebihan sangat menonjol. Meskipun ada tekhnik lain seperti bonding yang dapat meringankan masalah pewarnaan dan prosedur ortodonsi atau osteotomy dapat digunakan untuk memperbaiki tonjolan yang parah, namun pasien lebih memilih untuk rekonstruksi ekstraksi dan prostetik.
14)     Ekonomis
Indikasi terakhir untuk pencabutan gigi adalah faktor ekonomi. Semua indikasi untuk ekstraksi yang telah disebutkan diatas dapat menjadi kuat jika pasien tidak mau atau tidak mampu secara finansial untuk mendukung keputusan dalam mempertahankan gigi tersebut. Ketidakmampuan pasien untuk membayar prosedur tersebut memungkinkan untuk dilakukan pencabutan gigi.





b)       Kontraindikasi Pencabutan Gigi
1)      Kontaindikasi sistemik
Kontraindikasi Pencabutan Gigi
a)   Kontaindikasi sistemik
1.      Diabetes Melitus
Penyakit apadabila tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka. Akibat yang ditimbulkan bila pencabutan gigi dilakukan pada saat kadar gula darah tinggi antara lain :
·         Terjadinya infeksi pasca pencabutan pada daerah bekas pencabutan.
·         Terjadinya sepsis atau peningkatan jumlah bakteri dalam darah.
·         Terjadinya perdarahan yang terus menerus akibat infeksi pasca pencabutan.Oleh karena alasan tersebut di atas,maka biasanya dokter gigi menunda pencabutan gigi pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol.

Gejala dan tanda tanda kinik dirongga mulut :
Ø  Gusi agak membengkak, sakit, merah gelap dan biasanya agak lepas dari gigi
Ø  Insiden karies naik pada DM yang tidk terkontrol
Ø  Jumlah saliva menurun(xerostomia) mulut kering
Ø  Mulut bau aseton
Perawatan gigi penderita:
Ø  Perawatan gigi harus dilakukan 3-4 bulan sekali (semua fokal infeksi harus dibersihkan)
Ø  Pembersihan karang gigi(skaling) dengan segera
Ø  Penyuluhan pada penderita cara sikat gigi yang baik
Ø  Pemberian vitamin B komplek dan vitamin C dosis tinggi serta antibiotik akan mempercepat penyembuhan
2.      Kelainan Jatung
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan. Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra indikasi eksodonsi. Kontra indikasi eksodonsi di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan tindakan eksodonsi pada pasien ini, namun dalam penangannannya perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini dokter spesialis jantung. Dengan berkonsultasi, kita bisa mendapatkan rekomendasi atau izin dari dokter spesialis mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima tindakan eksodonsi tanpa terjadi komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan pendamping yang diperlukan sebelum atau sesudah dilakukan eksodonsi, misalnya saja penderita jantung rema harus diberi penicillin sebelum dan sesudah eksodonsi dilakukan.

Gejala dan tanda tanda kinik dirongga mulut penderita Penyakit jantung:
·         Oral hygiene buruk
·         Menumpuknya bakteri Streptococcus viridan. Masuknya bakteri dari rongga mulut ke dalam aliran darah memudahkan kuman mencapai bagian abnormal di rongga jantung dan menyebabkan infeksi.

3.      Kelainan darah.
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah, hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin. Agar tidak terjadi komplikasi pasca eksodonsia perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah yg tdk normal pada penderita.
a)      Purpura hemoragi
     Pada pasien dengan keadaan scurvy lanjut maka perdarahan ke dan dari dalam gusi merupakan keadaan yang biasa terjadi. Hal ini disebabkan karena fragilitas kapiler (daya tahan kapiler abnormal terhadap rupture) pada pasien tersebut dalam keadaan kurang, sehingga menuju kearah keadaan mudah terjadi pendarahan petechie dan ecchimosis. 
               Perlu ditanyakan kepada pasien tentang riwayat perdarahan pasca eksodonsia, atau pengalaman pendarahan lain. Selanjutnya diteruskan pada pemerikasaan darah yaitu waktu pendarahan dan waktu penjedalan darah, juga konsentrasi protrombin.
b)       Leukemia
     Pada leukemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan prekursornya dalam darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan terjadi perdarahan.




Leukemia Limfatika Tanda-tanda : 
• badan makin lelah dan lemah
 ,pucat, jantung berdesir, tekanan darah rendah,tanda-tanda anemia
• limfonodi membesr diseluruh tubuh
• gusi berdarah
• petechyae
 
• perdarahan pasca eksodonsia
 
• batuk-batuk
• pruritus
 
• pemeriksaan darah menunjukkan ada anemia tipe sekunder
 

Leukemia Mielogenous
• Kekebalan tubuh penderita berkurang
• Berat badan  berkurang 
• Tabda tanda anemia
• pembesaran limfa
 
• perut terasa kembung & mual
 
• demam
 
• gangguan gastro intestinal
• gatal gatal  pada kulit
 
• perdarahan pada berbagai bagian tubuh
 
• gangguan penglihatan / perdarahan karena infiltrais leukemik
 
• perbesaran lien
• perdarahan petechyae
 
• perdrahan gusi
 
• rasa berat di daerah sternum

c)       Anemia
          Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah sehingga kemampuan darah untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang. Selain itu, penderita anemia memiliki kecenderungan adanya kerusakan mekanisme pertahanan seluler.

d)     Hemofilia
           Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah, hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin.
             Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan.

Agar tidak terjadi komplikasi pasca eksodonsia perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah yg tdk normal pada penderita

4.      Hipertensi
Kecemasan yang biasa dialami pasien saat akan menerima perawatan gigi dapat mempengaruhi tekanan darah. Dengan komunikasi yang terjalin dengan baik antara dokter gigi dan pasien, diharapkan pasien menjadi tenang dan nyaman. Selain itu, prosedur perawatan yang memakan waktu mungkin dapat dibagi menjadi beberapa sesi, supaya pasien tidak duduk terbaring terlalu lama di dental chair.
Pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol beresiko untuk mengalami perdarahan paska pencabutan gigi. Hal ini berkaitan dengan obat bius yang digunakan umumnya mengandung vasokonstriktor (agar efek obat bius bertahan lama) yang berefek menyempitkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah semakin meningkat. Hal ini dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan terjadi perdarahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah sebelum tindakan pencabutan dilakukan. Jika tekanan darah pasien tinggi, pencabutan gigi sebaiknya ditunda dan pasien dirujuk ke ahli penyakit dalam terlebih dulu untuk mengontrol tekanan darah.

5.      Toxic Goiter 
                  Ciri-ciri pasien tersebut adalah tremor, emosi tidak stabil, tachycardia dan palpitasi , keringat keluar berlebihan, glandula tiroidea membesar secara difus (kadang tidak ada), exophthalmos (bola mata melotot), berat badan susut, rata-rata basal metabolic naik, kenaikan pada tekanan pulsus, gangguan menstruasi (pada wanita), nafsu makan berlebih. 
                   Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan krisis tiroid, tanda-tandanya yaitu setengah sadar, sangat gelisah ,tidak terkontrol meskipun telah diberi obat penenang.
             Pada penderita toxic goiter jangan dilakukan tindakan bedah mulut, termasuk tindakan eksodonsi, karena dapat menyababkan krisis tiroid dan kegagalan jantung.
      Pasien dengan penyakit syphilis, karena pada saat itu daya tahan terutama tubuh sangat rendah sehingga mudah terjadi infeksi dan penyembuhan akan memakan waktu yang lama.

6.      Alergi pada anastesi local
Kontraindikasi eksodonsi yang bersifat setempat umumnya menyangkut suatu infeksi akut jaringan di sekitar gigi.

a.       Infeksi gingival akut
Infeksi gingival akut biasa juga disebut dengan acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG) atau fusospirochetal gingivitis. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri fusospirochaetal atau streptococcus. 
Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah :
·         memiliki OH yg jelek
·         perdarahan pada gusi 
·         radang pada gusi
·         nafas tidak sedap (adanya akumulasi plak)

b.      Infeksi perikoronal akut
Merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak di sekitar mahkota gigi molar yang terpendam (gigi impaksi). Perikoronitis dapat terjadi ketika gigi molar 3 bererupsi sebagian (hanya muncul sedikit pada permukaan gusi). Keadaan ini menyebabkan bakteri dapat masuk ke sekitar gigi dan menyebabkan infeksi. Pada perikoronitis, makanan / plak dapat tersangkut di bawah flap gusi di sekitar gigi sehingga dapat mengiritasi gusi, pembengkakan dan infeksi dapat meluas di sekitar pipi, leher, dan rahang. Selain itu, faktor-faktor yang juga menyebabkan infeksi adalah trauma dari gigi di sebelahnya, merokok dan infeksi saluran pernapasan bagian atas.

7.          Radiasi
Rahang yang baru saja telah diradiasi,  pada keadaan ini suplai darah menurun sehingga rasa sakit hebat dan bisa fatal.Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia. Septikemia adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh infeksi dengan tanda-tanda respon sistemik, septikimia juga biasa diartikan dengan infeksi berat pada darah. Infeksi dalam rongga mulut bila tidak ditangani secara adekuat dapat menjadi suatu induksi untuk terjadinya sepsis. Bila pasien telah mengalami sepsis dan tidak segera ditangani maka keadaan sepsis ini akan berlanjut menjadi syok septic dan dapat mengakibatkan kematian pasien.
  Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia. Septikemia adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh infeksi dengan tanda-tanda respon sistemik, septikimia juga biasa diartikan dengan infeksi berat pada darah. Infeksi dalam rongga mulut bila tidak ditangani secara adekuat dapat menjadi suatu induksi untuk terjadinya sepsis. Bila pasien telah mengalami sepsis dan tidak segera ditangani maka keadaan sepsis ini akan berlanjut menjadi syok septic dan dapat mengakibatkan kematian pasien. 

Tanda-tanda respon sistemik sepsis :

a. Takhipne (respirasi > 20 kali/menit

b. Takhikardi (denyut nadi > 90 kali/menit)

c. Hipertermi (suhu badan rektal > 38,3)

Sedangkan syok septik adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh tidak cukupnya perfusi jaringan dan adanya hipoksia jaringan yang disebabkan oleh sepsis. Keadaan diatas kadangkala disebut juga Sindroma Respon Inflamasi Sistemik (Systemic Inflammatory Response Syndrome = SIRS) yaitu suatu respon inflamasi sistemik yang bervariasi bentuk kliniknya, ditunjukkan oleh dua atau lebih keadaan sebagai berikut :

a. Temperatur > 38

b. Denyut jantung > 90 kali /menit

c. Respirasi > 20 kali/menit

d. Jumlah leukosit > 12.000/mm3 atau <>3

8.      Kehamilan.
 pada trimester ke-dua karena obat-obatan pada saat itu mempunyai efek rendah terhadap janin.  Penderita yang hamil (gravid)
Gejala klinis :                                                    
a.       Gingivitis kehamilan (pregnancy gingivitis).
·         Biasan ya terjadi pada ibu hamil setelah 3 bulan kehamilan dikarenakan perubahan hormon estrogen dan progesteron yang pengaruhnya lebih besar terhadap inflamasi/peradangan
·         Tidak sakit, Warna merah, mudah berdarah.
·         Penonjolan ginggiva di interproximal
·         Derajat keradangan dari ringan hingga berat
·         Oral hygiene buruk
·      Hilang dengan sendirinya setelah melahirkan

b.      Tumor kehamilan (pregnancy tumor / epulis gravidarum / granuloma kehamilan)
·         Biasanya berkembang di sekitar daerah papilla interdental dan pada daerah-daerah yang terdapat iritasi lokal, seperti tepi restorasi yang tidak baik, tepi dari gigi yang mengalami karies atau pada paket periodontal
·         Warna gingiva merah keunguan sampai merah kebiruan
·         Lesi ini lebih sering terjadi pada rahang atas terutama disisi vestibtuar pada daerah anterior dan dapat membesar sampai menutupi mahkota gigi.
·         Tumor kehamilan mudah berdarah terutama apabila terkena injuri
·         Psychosis dan neurosis pasien yang mempunyai mental yang tidak stabil karena dapat berpengaruh pada saat dilakukan ekstraksi gigi
·         Terapi dengan antikoagulan.
9.           Jaundice
             Tanda-tandanya adalah ( Archer, 1961 ) ialah kulit berwarna kekuning-kuningan disebut bronzed skin, conjuntiva berwarna kekuning-kuningan, membrana mukosa berwarna kuning, juga terlihat pada cairan tubuh ( bila pigmen yang menyebabakan warna menjadi kuning ).
    Tindakan eksodonsi pada penderita ini dapat menyebabkan “prolonged hemorrahage” yaitu perdarahan yang terjadi berlangsung lama sehingga bila penderita akan menerima pencabutan gigi sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter ahli yang merawatnya atau sebelum eksodonsi lakukan premediksi dahulu dengan vitamin K.

10.         AIDS
 Lesi oral sering muncul sebagai tanda awal infeksi HIV. Tanpa pemeriksaan secara hati-hati, sering lesi oral tersebut tidak terpikirkan, karena lesi oral sering tidak terasa nyeri. Macam-macam manifestasi infeksi HIV pada oral dapat berupa infeksi jamur, infeksi bakteri, infeksi virus dan neoplasma.
Pada penderita AIDS terjadi penghancuran limfosit sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi berkurang. Pada tindakan eksodonsi dimana tindakan tersebut melakukan perlukaan pada jaringan mulut, maka akan lebih mudah mengalami infeksi yang lebih parah. Bila pasien sudah terinfeksi dan memerlukan premedikasi, maka upayakan untuk mendapatkan perawatan medis dulu. Tetapi bila belum terinfeksi bisa langsung cabut gigi. 
Dengan demikian, apabila dokter gigi sudah menemui gejala penyakit mematikan ini pada pasiennya, maka dokter bisa langsung memperoteksi diri sesuai standar universal precautaion (waspada unievrsal). Perlindungan ini bisa memakai sarung tangan, masker, kacamata, penutup wajah, bahkan juga sepatu. Karena hingga kini belum ditemukan vaksin HIV

11.  Sifilis
             Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Pada penderita sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi infeksi sehingga penyembuhan luka terhambat.
Luka padakemaluantanpa rasa nyeri,bintil/bercakmerahditubuh,menyerangsemua organ tubuhsepertikelainansaraf,jantung,kulit,bagianroggamulut. Cara penularan, Melaluihubunganseksual,ibukejanin,ditularkanmelaluiluka,transfusedarah,danjarumsuntik
Tanda-Tanda Klinis :
      Stadium I : ada ulkus durum pada selaput lendir dan sedikit sakit
      Staduim II : ada mucous patch ( peradangan yang paling menular) berwarna putih kelabu dikelilingibatas merah pada mukosa mulut
      Stadium III : ada gumma yaitu suatu kelainan yang khas bisa intra oral dan ekstra oral. Intra oral terutama terdapat dipalatum dan dapat menyebabkan perporasi palatum
s
12.  Gagal ginjal
GagalGinjal (renal failure) merupakanistilah non-spesifik yang menggambarkanpenurunanfungsiginjal.
hap proses penyaringanginjaldiblokirbaikkarenakerusakanginjallangsung (misalnyakarena diabetes) atauolehpenyumbatantidaklangsung (sepertiolehbatuginjal), makaitudapatmenyebabkangagalginjal.
CiriCiriGagalGinjalAwal – Akut – Kronis

Ø  Perubahan warna dan pola air kencing
Ø  Tubuh sangat lelah
Ø  Tubuh bengkak
Ø  Bau mulut
Ø  Gatal dan muncul ruam kulit
Ø  Kram otot
Ø  Nafsu makan turun
Ø  Sekitar mata bengkak
Ø  Gangguan pencernaan (mual dan muntah)
Ø  Meriang
Ø  Sulit bernafas
Ø  Punggung atas sakit
Ø   sakit kepala berat
Ø   sulit konsentrasi
Ø  Sulit tidur
Ø  Busa dalam urin


Ada BerapaMacamGagalGinjal :

1)      GagalGinjalAkut (GGA)
Acute Renal Failure (ARF) 
Terjadiketikaginjaltiba-tibaberhentimenyaringproduklimbahdaridarah.
Gejala gagal ginjal akut diantaranya:

ü  Retensi cairan,
ü  Perdarahan internal,
ü  Kebingungan,
ü  Kejang dan koma.


2)      GagalGinjalKronis (GGK)   
Chronic Renal Failure (CRF)berkembangperlahan-lahandanberangsurmemberatdengansedikitgejalapadatahapawal.
Ciri-ciri pada gagal ginjalkronis:

·         tes urin yang abnormal,
·         tekanan darah tinggi,
·         penurunan berat badan,
·         kehilangan nafsu makan,
·         mual,
·         muntah,
·         rasa logam pada lidah,
·         anemia,
·         sesak napas,
·         nyeri dada,
·         kebingungan, dll.


13.  Epelepsi
Epilepsimerupakansuatukeadaanfisik yang terjadisecaratiba-tiba, yang disebabkankarenaadanyaperubahanmendadakdalamkerjaotak.Dalamprofesikedokterangigi, perawatangigipadapasienepilepsiharusdilakukanolehdoktergigi yang memahamipengetahuantentanggangguanepilepsiini, sehinggapasienmendapatkanperawatansecaraterpadudantepat.
Epilepsimemilikiefeknegatiflangsungumumnyapadakondisigigidankebersihanmulut yang buruk.Epilepsiadalahpenyakit yang seringdihadapi di bagianmulutdanpraktekbedah.
            Pemeriksaanterhadapmanifestasiklinispadapenderitaepilepsi di dalamronggamulutseperti :
1.      Hiperplasiagingiva(pembesarangusi).
Pembesarangingiva  didefenisikansebagaisuatukeadaandimanaukuran gingiva bertambahdariukuran normal yang dapatmenimbulkanmasalahestetik di daerah anterior danjugasalahsatudari lima gejalakardinalperadangan. Jaringan gingiva yang membesarbiasanyamemilikilebihataukurangkonsistensilunakdanberdarahpadasaatdilakukan probing.

2.       Gigi patah.
           Sebuahpenelitian di Brazil, menunjukkan trauma ronggamulutterbanyakpadapasienepilepsiadalahterjadinyafrakturmahkotagigi, danluksasigigi.Epilepsitonik-klonikumumdapatmenyebabkancederamulut minor, cederagigidan trauma maksilofasial.Cedera yang disebabkanakibatjatuh, sepertifrakturmandibulaseringterjadipadapasien yang mengalamikejangatonik.

3.      Efeksampingmengkomsumsiobatepilepsi.
Penyebabpembesaran gingiva tersebutkarenaobatataumetabolismeobatyaitu:
¨  Peningkatanproduksikolagenoleh fibroblast gingiva.
¨  Pengurangandegradasikolagenakibatdiproduksinyaenzimkolagenase yang inaktif.
¨  Pertambahanmatriks non-kolagen

2)      Kontraindikasi lokal
     Kontraindikasi eksodonsi yang bersifat setempat umumnya menyangkut suatu infeksi akut jaringan di sekitar gigi.
a)      Infeksi gingival akut
 Infeksi gingival akut biasa juga disebut dengan acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG) atau fusospirochetal gingivitis. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri fusospirochaetal atau streptococcus. 
Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah :
a. memiliki OH yg jelek
b. perdarahan pada gusi
 
c. radang pada gusi
d. sakit
e. nafas tidak sedap (adanya akumulasi plak)

b)      Infeksi perikoronal akut
        Merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak di sekitar mahkota gigi molar yang terpendam (gigi impaksi). Perikoronitis dapat terjadi ketika gigi molar 3 bererupsi sebagian (hanya muncul sedikit pada permukaan gusi). Keadaan ini menyebabkan bakteri dapat masuk ke sekitar gigi dan menyebabkan infeksi. Pada perikoronitis, makanan / plak dapat tersangkut di bawah flap gusi di sekitar gigi sehingga dapat mengiritasi gusi, pembengkakan dan infeksi dapat meluas di sekitar pipi, leher, dan rahang. Selain itu, faktor-faktor yang juga menyebabkan infeksi adalah trauma dari gigi di sebelahnya, merokok dan infeksi saluran pernapasan bagian atas.

c)      Sinusitis maksilaris akut
Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat di sekitar rongga hidung. Sinusitis (infeksi sinus) terjadi jika membran mukosa saluran pernapasan atas (hidung, kerongkongan, sinus) mengalami pembengkakan. Pembengkakan tersebut menyumbat saluran sinus yang bermuara ke rongga hidung. Akibatnya cairan mukus tidak dapat keluar secara normal. Menumpuknya mukus di dalam sinus menjadi faktor yang mendorong terjadinya infeksi sinus.
Gejala sinusitis akut:
• Nyeri, sakit di sekitar wajah
• Hidung tersumbat
• Kesulitan ketika bernapas melalui hidung
• Kurang peka terhadap bau dan rasa
 
• Eritem di sekitar lokasi sinus
 
• Jika menunduk ke depan nyeri berdenyut akan terasa di sekitar wajah

d)             Radiasi
         Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia. Septikemia adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh infeksi dengan tanda-tanda respon sistemik, septikimia juga biasa diartikan dengan infeksi berat pada darah. Infeksi dalam rongga mulut bila tidak ditangani secara adekuat dapat menjadi suatu induksi untuk terjadinya sepsis. Bila pasien telah mengalami sepsis dan tidak segera ditangani maka keadaan sepsis ini akan berlanjut menjadi syok septic dan dapat mengakibatkan kematian pasien.
 
Tanda-tanda respon sistemik sepsis :
a. Takhipne (respirasi > 20 kali/menit
b. Takhikardi (denyut nadi > 90 kali/menit)
c. Hipertermi (suhu badan rektal > 38,3)
Sedangkan syok septik adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh tidak cukupnya perfusi jaringan dan adanya hipoksia jaringan yang disebabkan oleh sepsis. Keadaan diatas kadangkala disebut juga Sindroma Respon Inflamasi Sistemik (Systemic Inflammatory Response Syndrome = SIRS) yaitu suatu respon inflamasi sistemik yang bervariasi bentuk kliniknya, ditunjukkan oleh dua atau lebih keadaan sebagai berikut :
a. Temperatur > 38
b. Denyut jantung > 90 kali /menit    
c. Respirasi > 20 kali/menit
d. Jumlah leukosit > 12.000/mm3 atau <>3













BAB III
                                                   PENUTUP
A.    Kesimpulan
         Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga merupakan operasi bedah yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan/disatukan oleh gerakan lidah dan rahang. Dalam pencabutan gigi ada indiksi dan kontra indikasi yang harus di ketahui oleh perawat gigi dalam sebelum melakukan tindakan kepada pasien agar tidak merugikan bagi pasien maupun perawat gigi itu sendiri.
B.     Saran
         Dalam pencabutan gigi ada indiksi dan kontra indikasi yang harus di ketahui oleh perawat gigi dalam sebelum melakukan tindakan kepada pasien agar tidak merugikan bagi pasien maupun perawat gigi itu sendiri. Jadi sebagai perawat gigi kita harus mengtahui dan paham menganai indikasi dan kontra indikasi pencabutan gigi permanen.




DAFTAR PUSTAKA
Hendra chandra, M. 2014 . buku petunjuk praktis pencabutan gigi. Jakarta : sagung seto
Bakar, Abu. 2012 kedokteran gigi kliniks.Yogyakarta: Quantum Sinergi Media